Minggu, 08 Juli 2012

sore, kini dan kemarinnya

Sore itu, ku tengah terdampar sendiri di sudut sebuah taman. Aku tak tau, kenapa aku di sini, atau kenapa mesti berada di sini..
Mungkin, karena jarak taman yang dekat dengan kediamanku yang membuatku leluasa datang ke sini. kapanpun aku mau, terutama saat jenuh begini.

Jenuh? Ah tidak juga...

Namun yang justru tidak  kumengerti, disaat itu, kau juga ternyata tengah berada disini, disatu sudut tidak terduga di taman ini.
Ehm..

tiba-tiba ku teringat...

Ini seperti perulangan lagi atas sesuatu yang pernah terjadi dulu.
Mungkin itu pula satu alasan kenapa aku di sini sekarang.
Semacam nostalgia kecil dengan kenangan akan saat-saat pertama,
okey, aku memang tengah merindu... Tiba-tiba kau disana,
masih dengan keindahan yang sama...

apa ini semacam sesuatu?
Mungkin ada kontak batin diantara kita. Atau jodoh barangkali...

Ah, katroknya...

Tapi aku tau, aku tidak tengah berhalusinasi...
"Sore Bee..."
Sapamu, membuat aku gelagapan...
Namun masih bisa tersenyum-hanya itu...

dan kau meminta persetujuanku untuk  duduk di bangku didepanku, dengan isyarat saja...
Dan, apa hakku melarangmu?
Ini tempat umum, kan?

hingga sesaat kemudian, kau mengejutkanku dengan tatapan lurus yang langsung menghujam kemataku-selama beberapa saat, membuat aku risih, dan salah tingkah sendiri.

"Kenapa?" tanyaku, kala sadar betapa menyesakkan semua itu.
"Hmm.. aku hanya..."
"Ya?".
"Aku mau bicara sesuatu sama kamu..."  Dengan perlahan serta..masih dengan tatapan yang seperti itu.
Aku mengerutkan wajah,

"Tentang?"
"aku..."

aku tak ingin terlalu memaksa, namun...
"Iya... Kamu...kamu kenapa?"
"..."

"Hoy!! Rama.. Di sini rupanya....
Mau bicara bentar, penting!" Terdengar suara dari jauh.

Bagaimanapun, ingin kulempar siapapun lelaki itu dengan batu atau apa saja di dekatku, yang telah mengusik kebersaman kita. Terutama merusak apapun kata yang hendak kau ucapkan.
Namun, tidak bisa tidak, kaupun meminta waktu sebentar untuk menemui temanmu itu...
"sebentar saja" nada itu terdengar berat ditelingaku.

***

Uuuuh!!! Apapun yang telah dibicarakannya, itu waktu yang cukup lama bagiku.
Hingga telepon genggam di saku ku berbunyi.
Bukan telepon dari seseorang, ataupun sms yang masuk ke kotak pesan milikku. Sama sekali bukan itu.
Hanya sebuah alarm pengingat.

Ya. Aku memang ada jadwal kuliah malam ini.

Sebenarnya...

Aku masih ingin menunggumu....
Tetapi, sebaiknya janganlah.
Terutama, aku ingin mendengar kelanjutan kata-kata yang hendak kau ucapkan tadi..
Tapi, nanti kapan-kapan sajalah.

Maka, berdirilah aku kini menghampirimu dan sipengacau itu yang duduk cukup jauh di sana. Dan berkata bahwa aku harus pergi saat itu.

Kau melepas kepergianku dengan sungkan. Sungkan? Ah... Perasaan ku saja mungkin...
Namun sempat ku lihat kau menggigit bawah bibirmu...

galaukah?

dan, akupun pergi, dengan perasaan asing yang terasa meluap, seolah mengatakan ada sesuatu yang tertinggal di sana...

Tapi aku tak tahu apa.

***

Senja ini, aku termenung sendiri di depan jendela kamar. Memandang lurus pada taman di seberang jalan.

Terkenang akan senja yang sama dua minggu lalu di sana... di taman itu.
Aku masih mengingat semuanya dengan jelas, hingga detik ini..

Akan tatapanmu...
tentang angin yang bertiup rendah di sekitar kita, yang sesekali  menggugurkan dedaunan kering pohon jambu...
serta... tentang sekotak penasaran yang masih membayangi hari-hari...

Ah... Rama, aku teringat akan kau dan kenangan terakhir yang kau tinggalkan, apa kau masih mengingatnya? Juga sesuatu yang masih belum kau kembalikan pada tempatnya,

rasa penasaran yang masih mengambang di udaraku...

Entahlah, terkadang aku mencoba berpikir sederhana. Teramat sederhana..
Mungkin, kala itu kau hendak mengatakan sesuatu yang sangat-tramat sangat sulit untuk dikatakan...

Mau meminjam uang misalnya...
-bukankah ini sesuatu yang sulit, hey-

Tapi, jauh di hatiku, aku berpikir lain. Terutama mengharapkan sesuatu yang sama sekali lain...

Namun bagaimanapun, aku juga mengingat raut kecewa di wajahmu saat lelaki itu.. Ya, temanmu yang kuingat bernama Iwan itu datang mengusik.
Tapi benarkah itu? Kecewa membayang di wajahmu?

Yeah... Apapunlah. Bahkan seorang Ramadhan, hingga kini  bagiku masihlah suatu misteri (_"_)
kusadar (masih) Begitu banyak yang tidak pernah aku tahu tentang hidupmu.

Kecuali satu hal... Tatapanmu yang selalu hangat menatap mataku, sejak pertama bertemu itu, berminggu-minggu lalu, yang sejak itu kau telah menarik perhatianku.

Kaupun kini menghilang secara misterius dari hidupku...

Aku beralih pada benda mungil di atas meja tak jauh dari tempatku duduk kini.

Bahkan tidak pernah ada telepon darimu

"Mungkin benar, kau sudah melupakan semuanya!!"

Pekik ku seraya menutup jendela. Saat sadar senja telah berlalu.

0 komentar:

Posting Komentar